Pada zamannya, Bram Makahekum, dan teman-temannya dalam Kelompok Kampungan, diam-diam menjadi “pahlawan” beberapa anak muda dan mahasiswa. Kelompok Kampungan, yang dibentuk oleh Bram dan teman-temannya yang sebagian besar adalah awak Bengkel Teater Rendra pada tahun 1975, di tengah kesumpekan suasana pada masa itu, dengan lantang menyerukan gugatannya.
Hanya dengan satu album yang terdiri dari lagu-lagu seperti Bung Karno, Mereka Mencari Tuhan, Ratna, Berkata Indonesia dari Yogyakarta, Drama, Kalau, dan Wanita (sebagian besar ditulis Bram Makahekum, sebagian lagi ada kesertaan Rendra, Jabo, Haryono, dan Joko), Kelompok Kampungan menjadi kelompok yang terus dikenang. Kenangan atas Kelompok Kampungan identik dengan kenangan atas masa tahun 1970-an, termasuk “romantisme” kehidupan anak-anak muda di Yogyakarta kala itu –sebuah kota yang menyimpan élan vital perjuangan. Rendra menggambarkan ulah Bram dan kawan-kawannya sebagai ulah “daya hidup dari manusia yang menolak ditundukkan”.
Dalam liner notesnya,mereka menulis prakata :
Pernah disuatu pagi disebuah kampung dekat pantai Selatan, ombak menderu-deru dan menghentak-hentak bagai suara gendang ditabuh, deru angin menggesek pepohonan bagai gesekan biola berduet dengan cello, suara serangga dari bebukitan seperti bunyi alat-alat kecil perkusi terbuat dari besi dan kayu, suara ayam-ayam jantan berkokok bersahut-sahutan seperti suara bass yang sesekali muncul, burung-burung berkicau di udara seperti melodi yang bersahut-sahutan, semuanya menjadi satu keseluruhan, begitu harmoni terdengar ditelinga.
Suasana ini begitu kuat mencekam indera pendengaran sehingga seakan-akan indera lainnya seperti tak ada. Dalam keadaan asyik mendengar ini tiba-tiba terlintas dalam benak suatu kesadaran bahwa semua bentuk musik itu berasal dari bunyi, jadi dengan alat apapun asal bisa menimbulkan bunyi dapat menjadi musik, tergantung dari selera, ingin memakai alat-alat yang berasal dari jenis besi, kulit, logam, kayu, yang ditiup atau ditabuh, atau digenjreng dst....
Pernah disuatu pagi disebuah kampung dekat pantai Selatan, ombak menderu-deru dan menghentak-hentak bagai suara gendang ditabuh, deru angin menggesek pepohonan bagai gesekan biola berduet dengan cello, suara serangga dari bebukitan seperti bunyi alat-alat kecil perkusi terbuat dari besi dan kayu, suara ayam-ayam jantan berkokok bersahut-sahutan seperti suara bass yang sesekali muncul, burung-burung berkicau di udara seperti melodi yang bersahut-sahutan, semuanya menjadi satu keseluruhan, begitu harmoni terdengar ditelinga.
Suasana ini begitu kuat mencekam indera pendengaran sehingga seakan-akan indera lainnya seperti tak ada. Dalam keadaan asyik mendengar ini tiba-tiba terlintas dalam benak suatu kesadaran bahwa semua bentuk musik itu berasal dari bunyi, jadi dengan alat apapun asal bisa menimbulkan bunyi dapat menjadi musik, tergantung dari selera, ingin memakai alat-alat yang berasal dari jenis besi, kulit, logam, kayu, yang ditiup atau ditabuh, atau digenjreng dst....
Track list:
Side A | |||
1 | Bung Karno | Bram Makahekum | Kelompok Kampungan |
2 | Ratna | Bram Makahekum | Kelompok Kampungan |
3 | Mereka Mencari Tuhan | Bram Makahekum | Kelompok Kampungan |
4 | Catatan Perjalanan | Joko / Haryono / Bram M / Dodo | Kelompok Kampungan |
Side B | |||
1 | Hidup Ini Seperti Drama | Bram Makahekum | Kelompok Kampungan |
2 | Berkata Indonesia Dari Yogyakarta | Jabo / Bram Makahekum | Kelompok Kampungan |
3 | Wanita | Bram Makahekum | Kelompok Kampungan |
4 | Terlepas Dari Frustasi | Bram Makahekum | Kelompok Kampungan |
5 | Aku Mendengar Suara | Bram Makahekum / Rendra |
Download:
0 Responses So Far: